Pesanten Lirboyo adalah Pondok Pesantren yang memiliki sejarah panjang dan memilik peran besar dalam merebutkan kemerdekaan Indonesia, Pon Pes ini juga memiliki kisah perjuangan yang melegenda saat awal kemerdekaan, pada media september 1945 disebutkan, tentara sekutu datang ke Indonesia dengan menggunakan nama tentara NICA, hal itu lalu membuat para kiai HBNU (sebelum PBNU) memanggil seluruh ulama di jawa dan madura membicarakan hal ini dikantor HBNU jalan bubutan Surabaya.
Dalam pertemuan itu para ulama mengelarkan resolusi perang sabil, yaitu perang untuk melawan Belanda dan kaki tangannya dengan hukum fardlu 'ain, Ruapanya keputusan inilah yang menjadi motivasi para ulama dan santrinya untuk memanggul senjata ke medan laga, termasuk Pesantren Lirboyo.
Tepat pada jam 22.00 berangkatlah para santri Lirboyo sebanyak 440 menuju ke tempat sasaran di bawah komandan KH. Mahrus Ali dan Mayor H. Mahfudz. Sebelum penyerbuan dimulai, seorang santri yang bernama Syafi'i Sulaiman yang pada waktu itu berusia 15 tahun menyusup ke dalam markas Dai Nippon yang di jaga ketat, Maksud tinakan itu adalah untuk mempelajari dan menaksir kekuatan lawan, Setelah penyelidikan dirasa sudah cukup,Syafi'i segera melapor kepada KH. Mahrus Ali dan Mayor H Mahfudz.
Saat datangnya Jenderal AWS Mallaby pada tanggal 25 Oktober 1945 di pelabuhan Tanjung Perak,stabilitas kemerdekan mulai nampak terganggu terutama di daerah Surabaya, terbukti pada tanggal 25 Oktober 1945, para tentara sekutu ini mulai mencegat pemuda di Surabaya dan merampas mobil milik mereka, Puncaknya adalah mereka menurunkan bendera Merah Putih yang berkibar di Hotel Yamato dengan bendera belanda.
Selang beberapa lama, Mayor H.Mahfudz melapor kembali kepada KH. Mahrus Ali di Lirboyo bahwa tentara sekutu yang membocengi Belanda telah merampas kemerdekaan dan Surabaya banjir darah pejuang, Maka KH. Mahrus Ali mengintruksikan kepada santri Lirboyo untuk berjihad kembali mengusir tentara sekutu di Surabaya. Hal ini disampaikan lewat Agus Suyuthi maka dipilihlah santri-santri yang tangguh untuk dikirim di Surabaya.
Dengan mengendarai truk, para santri dibawah komando KH. Mahrus Ali berangkat ke Surabaya, Meskipun hanya bersenjata Mambu Runcing mereka bersemangan berjihad menghadapi musuh.
Santri yang dikirim waktu itu berjumlah sebanyak 97 santri, Peristiwa itu belakangan dikenal dengan perang 10 November. Hal ini juga yang menjadi embrio berdirinya Kodam Brawijaya, Selain itu KH. Mahrus Ali juga berkiprah dalam penumpasan PKI di sekitar Kediri.
KH. Mahrus Ali juga mempunyai andil besar dalam perkembangan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama.Bahkan beliau diangkat menjadi Rois Syuriyyah NU Jawa Timur selama hampir 27 tahun,hingga akhirnya diangkat menjadi Anggota Mutasyar PBNU pada tahun 1985 M.
sumber:
" Buku Tiga Tokoh Lirboyo"
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang KH. Mahrus Ali Lirboyo dan Kemerdekaan Indonesia. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link https://forumsantrionline.blogspot.com/2015/10/kh-mahrus-ali-lirboyo-dan-kemerdekaan.html. Terimakasih atas perhatiannya.